Suatu
hari saya bertemu dengan seorang gadis Y, dan dia menceritakan bagaimana dia
mengalami trauma dalam membangun hubungan dengan laki-laki. Dia telah mengalami
kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya selama 7 tahun (usia pacaran yang cukup
lama). Bagaimana pacarnya melakukan tindakan pemukulan, intimidasi, mengontrol
pertemanannya dan masih banyak tindakan yang menurut saya tidak masuk akal
namun hal itu dialami oleh gadis ini. Kekerasan dalam hubungan bisa dimulai
dengan tindakan yang polos. Kemudian lewat perilaku yang hampir tidak kentara,
seorang gadis merasa begitu tersanjung dan romantis - hal ini bisa berubah menjadi mimpi buruk.
Apakah kekerasan dalam pacaran remaja itu?
Kekerasan
dalam pacaran atau abuse dating relationship kerap terjadi pada beberapa hubungan remaja/pemuda hari ini. Pusat
pencegahan dan kesadaran serangan seksual pada universitas Michigan di Ann
Arbor mendefinisikan kekerasan dalam pacaran sebagai “penggunaan dengan sengaja
taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk mendapatkan serta mempertahankan
kekuasaan dan kontrol terhadap pasangan intimnya.” Sebuah tindakan yang sengaja dilakukan untuk berbuat jahat kepada
pacarnya. Kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari dan benar-benar secara
sadar. Kekuasaan dan kontrol, seperti pemukulan, intimidasi, tekanan
menggunakan taktik kontrol dan paksaan untuk membuat korbannya tetap bersamanya. Kita percaya bahwa seseorang belum dikatakan mengalami kekerasan, jika
tidak ada memar, mata biru atau bahkan rahang atau tulang rusuk patah. Namun,
sebelum kekerasan fisik terjadi dalam sebuah hubungan, kebanyakan selalu ada
sejarah panjang kekerasan verbal dan emosional.
Apakah
Putri Saya Dalam Bahaya? (Evaluasi
bagi para orangtua yang memiliki anak putri yang sedang berpacaran dan
mengalami kekerasan dalam berpacaran). Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa menolong anda sebagai orangtua
untuk memantau pacaran dari anak anda:
- Sebelum putri saya bertemu pacarnya, ia punya lebih banyak teman dibandingkan sekarang.
- Nilainya menurun dalam beberapa minggu atau bulan terakhir.
- Sebelum putri saya mulai berkencan dengan laki-laki itu, ia lebih ramah dan terlibat dalam keluarganya, aktivitas sekolah, atau tempat beribadat.
- Putri saya sering menangis atau sangat sedih.
- Jika laki-laki itu mengirim pesan singkat, ia harus segera menghubunginya.
- Laki-laki itu menyatakan cintanya di awal hubungan mereka.
- Laki-laki itu cemburu ketika putri saya memandang sepintas lalu atau berbicara dengan laki-laki lain.
- Laki-laki itu menuduhnya melakukan tindakan yang sebenarnya tidak dilakukannya.
- Laki-laki itu agresif dalam area lain, ia meninju dinding atau lemari, meninju untuk menegaskan atau melempar benda-benda saat marah.
- Laki-laki itu sering bertindak kasar atau bermain gulat-gulatan dengannya.
- Putri saya berdalih atas perlakuan buruk pacarnya atau mengatakan itu salahnya.
- Mereka berbicara lewat telfon beberapa kali sehari atau dalam jangka waktu yang lama.
- Laki-laki itu punya kehidupan rumah tangga yang “tragis”: ia disiksa secara fisik atau direndahkan secara verbal, dan atau salah satu atau kedua orangtuanya pecandu alkohol atau pengguna obat-obatan.
- Laki-laki itu peminum atau pengguna obat-obatan.
- Laki-laki itu sering memberi “nasihat” tentang bagaimana memilih teman, gaya rambut, baju atau riasan wajah.
- Laki-laki itu memanggil dengan sebutan buruk, kemudian tertawa dan mengatakan bahwa ia hanya bercanda atau mengatakan bahwa putri anda terlalu sensitif.
- Putri anda menjadi penuh rahasia sejak berkencan dengan laki-laki itu.
- Putri anda begitu menderita kapan pun ia berpisah dengan laki-laki itu.
- Putri anda menjadi begitu kritis pada penampilan, bakat dan kemampuannya.
- Putri anda sering harus menjelaskan panjang lebar kepada pacarnya atau sering meminta maaf.
- Ada memar yang tidak dapat ia jelaskan atau ia tampak tegang, saat menjelaskannya kepada anda.
Sebuah hubungan mungkin mencapai
tingkat kekerasan ini dan tidak berlanjut, tapi diakui bahwa kekerasan verbal
dan emosional merupakan jalan menuju kekerasan fisik dan/atau kekerasan
seksual. Si penyiksa tidak perlu selalu mengacungkan tinju untuk mendapatkan
kekuasan dan kontrol atas putri anda, seringkali dengan tatapan yang mengancam
saja sudah cukup.
Kekerasan
verbal dan emosional dapat menjadi tipe kekuasaan dan kontrol yang paling
merusak. Dalam situasi ini, anak laki-laki secara sistematis merendahkan rasa
harga diri putri anda dengan memanggilnya dengan sebutan buruk, menyalahkannya
atas kesalahan laki-laki itu, membuat tuduhan, mempermalukannya di depan umum,
menghancurkan benda-benda yang spesial baginya, mengatakan ia gila, menggunakan
tatapan yang mengancam dan mengintimidasi.
Mengapa Kekerasan Dalam Pacaran Remaja Begitu Umum?
Kita
perlu menydari bahwa remaja sangat bergantung pada penerimaan teman sebayanya.
Seringkali untuk kebutuhan penerimaan ini, seorang gadis tidak menyadari bahwa
dia telah mengalami tindakan kekerasan dari pacarnya. Dan seringkali pacar penyiksa
yang cemburu dan posesif dianggap sebagai tanda cinta dan kesetiaan. Disini remaja perlu untuk memiliki kontak
dengan orang dewasa yang matang.
Pola yang terjadi
adalah dimana setelah pacar putri anda memperlakukan putri
anda dengan kejam, laki-laki itu pasti meminta maaf, menyatakan cintanya dan
tidak akan mengulanginya lagi. Anda dapat mengajukan bertanyaan berikut kepada
putri anda untuk menetralkan argumentasinya:
- Apakah kamu pikir rasa takut harus menjadi bagian dari hubungan cinta?
- Apakah kamu pikir normal bahwa anak perempuan dalam hubungan yang baik harus menghabiskan begitu banyak waktu dengan menangis?
- Mengapa kamu harus memberitahukannya setiap kali kamu pergi?
- Mengapa ia boleh memanggilmu dengan sebutan buruk dan membuatmu merasa buruk terhadap dirimu sendiri?
- Apakah semua ini perilaku romantis?
Jika anda mencurigai memar, luka atau benjolan pada putri
anda, anda perlu segera mengonfrontasinya. Kekerasan fisik diawali dengan
dorongan ringan atau kekangan sehingga
ia akan menuruti apa yang diminta oleh anak laki-laki itu. Pria dewasa penyiksa
telah berlatih selama bertahun-tahun sehingga mereka mahir dalam memukul pasangannya
di tempat-tempat yang buktinya tidak
dapat dilihat orang lain: dada, perut, paha bagian atas. Dalam banyak kasus, remaja penyiksa belum
belajar seni itu, dan anda dapat melihat tanda-tanda kekerasan fisik di lengan,
kaki, leher, dan wajah. Jika ia tetap menyangkal, anda bisa bertanya kepadanya, “Mengapa
kamu bertahan?” Ketika ia muncul dengan dalih bahwa kadang pacarnya baik.
Namun Cinta dan ketakutan tidak mungkin hadir berdampingan. Tidak mungkin cinta
dan kesedihan yang mendalam berdampingan.
Membangun Pacaran Yang Sehat.
Untuk hubungan pacaran yang sehat harus memperhatikan dua hal ini:
Pertama, setiap
pasangan dalam hubungan itu harus punya citra diri positif. Sekali anda merasa
kuat dan yakin pada diri sendiri, anda akan lebih mampu mengetahui apa yang
dicari pada pasangan.
Kedua,
anda harus waspada, selalu, bahwa cinta berkembang dalam berbagai tahap dan
tidak dapat dipaksa. Sekali anda menemukan pasangan yang sesuai, jangan
berusaha “mempercepat segala hal” dengan melewati tahap awal perkembangan.
Saat-saat awal ini memberikan dasar hubungan yang kuat di kemudian hari.
Saya
rasa penting sekali bagi setiap anak perempuan untuk memahami dengan jelas apa
yang ia sukai dalam sebuah hubungan, perilaku yang ia harapkan dari dirinya dan
pacarnya. Seringkali, anak perempuan tidak memikirkan apa yang mereka sukai ketika berpacaran.
Mereka biasanya berusaha menyenangkan pacar mereka sehingga mereka akan tetap
bersamanya.
Sumber:
Abusive Dating Relationship, but I Love Hi.
Dr. Jill Murray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar