Makna kebijaksanaan adalah mampu menerima pasang-surut
kehidupan,
seperti kangguru Australia selalu meloncat-loncat terus.
Jadi
meloncat-loncatlah dengan bahagia dalam melewati
kesulitan-kesulitan hidup.
(Ajahn Brahm)
Tidak semua orang memaknai kehidupan dengan bijaksana,
justru yang acapkali terjadi adalah
mereka memaknai hidup dengan cara yang tidak bijaksana dan tidak sehat.
Kita sering menjumpai ketika seseorang berhadapan dengan kesulitan hidup,
mereka lebih memilih untuk bunuh diri sebagai cara potong kompas atau
marah-marah pada Tuhan yang “tidak becus mengurusi dunia ini” atau “Tuhan adalah Penguasa yang pilih kasih”.
Sangat tragis jika seseorang harus berkubang dalam tangisan diri dengan memeluk
bantal kemarahan. Akan semakin banyak energy yang dihabiskan untuk marah,
berkeluh kesah, menyendiri dalam kerendahan diri.
Kita tahu bahwa semua yang hidup, semua yang buta atau
melihat, kaya atau miskin, laki atau perempuan semua mengalami persoalan hidup,
namun yang membedakan adalah cara menghadapi persoalan tersebut. Makna
kebijaksanaan membedakan seseorang dari yang lainnya. Orang bijaksana akan
menari dan merayakan kesulitan sebagai waktu pertumbuhan. Tarian kebahagiaan
tidak saja pada masa senang tapi di masa-masa sulit; tarian dan sukacita perayaan layak untuk
dilakukan sebagai tanda adanya kekuatan Tuhan yang tidak pernah pudar dalam
diri ini. Bukankan sukacita karena Tuhan itulah kekuatan kita? (Nehemia 8:11)
Betapa pentingnya memaknai segala sesuatu, segala peristiwa
dengan kebijaksanaan tapi lebih penting lagi dan urgent adalah kebijaksanaan harus
terlebih dahulu menjadi bagian dari hidup kita. Kebijaksanaan datang dari
perenungan dan tinggal di dalam firmanNya. Berdirilah diatas kebijaksanaanNya
bukan kebijaksanaan manusia atau kebijaksanaan dunia. Menarilah bersama
pelangiNya, melompat-lompatlah entah seperti kijang atau kangguru Australia
asal lompatan-lompatan itu datang dari kebijaksanaan, dari hati yang merdeka
dan tak terbebani.
Post: Andi Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar