Senin, 09 April 2012

Jangan Pernah Mengemis Cinta


Janganlah pernah mengemis cinta. Cinta sejati tidak bertepuk sebelah tangan. 
Jangan pernah membangun hubungan cinta di atas perasaan takut. 
Dalam cinta tidak ada ketakutan, sebaliknya keberanian, sejahtera 
dan penguasaan diri.

 Aku pernah patah hati berkali-kali, menangis berhari-hari, 
menyesalinya berbulan-bulan, tapi akhirnya bahagia bertahun-tahun 
karena menikah dengan ”tulang-rusukku”. (Julianto Simanjuntak)

Tak jarang kami menerima klien yang mengalami patah hati. Ada yang patah hati karena ditolak saat menyatakan cinta untuk pertama kali. Ada juga mereka yang hubungan cintanya diputuskan sepihak oleh sang pacar. Reaksi orang yang cintanya ditolak atau diputuskan beragam. Ada yang Malu dan kecewa. Kadang disertai perasaan marah dan sedih. Ini normal, apalagi saat  tahu, bahwa sang pacar sudah mendapatkan gandengan baru. Pada beberapa kasus disertai perasaan putus asa hingga depresi dan ada juga sampai bunuh diri.


Naksir itu Normal
Jika anda tertarik pada seorang gadis atau sebaliknya, itu wajar. Naksir adalah perasaan normal saat Anda mulai memasuki usia remaja. Sebab itu seiring dengan masa puber dan bertumbuhnya hormon seksual. Namun apakah perasaan suka dan tertarik itu langsung disampaikan pada yang bersangkutan?  Ohhh tunggu dulu. Anda perlu menimbang  dengan bijak, apakah sahabat Anda itu juga punya perasaan yang sama.
Cinta itu mengikat dua hati. Cinta sejati tidaklah bertepuk sebelah tangan. Cinta itu tidak melulu emosi atau perasaan. Cinta melibatkan logika dan kehendak.

Alarm Cinta
Cinta punya tanda. Jika tidak ada tanda-tanda, sebaiknya tunda dulu menyatakannya. Cinta sejati bisa menguasai diri. Lalu kapan dong menyatakan perasaan itu? Tunggu waktu yang tepat. Tunggu saat dimana sahabat Anda itu menunjukkan respon bahwa diapun memperhatikan Anda. Saya menyebutnya   “alarm” cinta.

Bagaimana caranya tahu? Biasanya perasaan cinta nampak dari beberapa hal. Dia suka memandang kita baik langsung atau diam-diam. Dia suka menghubungi Anda langsung atau via sarana komunikasi lainnya. Senang bertemu Anda dan bercakap-cakap. Kadang dia memberikan sesuatu barang atau makanan kesukaanmu. Memberikan Perhatian saat Anda sakit atau ulangtahun. Sepertinya Anda istimewa dimatanya.
Jika Anda suka, dan ada tanda-tanda dia juga suka dengan Anda baru pertimbangkan untuk menyampaikan perasaan itu.

Jangan sembarangan nembak cinta lho….. perhatikan alarmnya dong!

Bila Cinta Anda Ditolak
Bila anda menyampaikan perasaan sayang atau cinta, harap menyiapkan diri andai cinta anda ternyata ditolak. Kenapa? Jangan lupa sebagian sahabat menaruh perhatian kepada  kita, bukan karena dia mau menjadi pacar kita. Tetapi  dia hanya merasa cocok atau nyambung dengan kita. Atau dia merasa Anda sebagai kakak atau Abang yang baik. biasanya sahabat Anda akan menolak dengan baik. Yang lebih menyakitkan adalah jika tidak ada tanda-tanda Saudara langsung nembak sasaran. Bisa-bisa yang bersangkutan menolak dengan ketus, dengan nada merendahkan. Nah, semoga anda tidak mengalami hal ini.

Jika cinta ditolak wajar Anda menjadi sedih, kecewa dan marah. Semua perasaan itu wajar saja. Perasaan tertolak adalah salah satu pengalaman menyakitkan bagi siapapun. Namun yang terpenting apakah Anda membiarkan diri  terus menerus dirundung kekecewaan, kesedihan dan kemarahan. Atau Anda berusaha bangkit kembali, dan mencoba menata ulang perasaan, hidup dan masa depan.
Lebih baik patah hati sesaat daripada hatimu menderita selamanya 
karena menikah dengan orang yang salah 


Bila Cinta Diputuskan Sepihak
Hal yang lebih sakit adalah saat anda sudah berpacaran sekian lama, kemudian diputuskan sepihak oleh pacar. Reaksi umum adalah sedih, kecewa dan marah. Harus Anda sadari bahwa pacaran adalah masa saling mengenal dan belum mengikat. Jika salah satu dari kalian merasa tidak cocok, wajar saja dia memutuskan hubungan. Termasuk jika dia ternyata  menemukan cowok atau cewek yang lebih oke daripada Anda.

Jika dia memutuskan itu artinya dia  tidak mencintai Anda lagi. Pertanda bahwa  dia tidak merasa cocok lagi dengan  Anda. Jangan pernah mengemis cinta. Cinta sejati memberi tanpa diminta. Jadi jika cinta pasangan anda sudah tawar, dan dia pindah ke lain hati maka lebih baik   menahan diri. Cinta sejati dalam pacaran mentautkan dua hati.  Tidak boleh hanya satu yang mencintai. Tidak boleh anda memaksakan cinta  Anda untuk diterima. Jangan sampai  Anda  mengancam pacar Anda. Itu tanda Anda tidak matang. Intinya, jangan pernah membangun hubungan cinta di atas perasaan takut. Dalam cinta sejati tidak ada ketakutan. Yang adalah keberanian, sejahtera dan penguasaan diri.

Membuka Lembaran Baru
Jika relasi kita retak dan patah apa yang kita lakukan? Saya meminjam istilah Samuel Mulia di Kompas Minggu 3 Juli, janganlah punya mental pengelem. Relasi atau hubungan itu laksana sebuah gelas. Kadang lebih baik kita membiarkannya pecah daripada mencoba melukai diri sendiri dengan berusaha memperbaikinya seperti sedia kala. Tulisannya yang berjudul “Patah” mengajak kita belajar berani melihat keretakan hubungan,  kemudian membiarkannya patah/pecah. Lalu mengajak kita melanjutkan perjalanan baru. Jangan menjadi pengelem, yang berusaha melem ulang keretakan hubungan.  Kita akan lelah sendiri membenahi keretakan itu.

Gelas baru, harapan baru.
Kenapa tidak “membeli” gelas baru. Gelas yang memberi harapan dan semangat baru. Asal kita bijak memilih gelas baru tersebut. Intinya Jangan buang energi Anda secara sia-sia hanya untuk melem hal yang tak mungkin lagi dilem. Dalam penutupnya Samuel berkata: ” Saya harus belajar berani kehilangan dan berani menempuh sebuah perjalanan baru meskipun untuk kehilangan selalu saja bisa terjadi. Membiarkan itu patah juga supaya saya tidak egois, supaya teman saya itu bisa bahagia. Karena upaya saya menyambungkan kembali belum tentu membahagiakannya.”

Nah, jika Anda diputuskan pacar maka  belajarlah menerima kenyataan ini sambil berpengharapan menatap masa depan. Bahwa sesungguhnya ada calon teman hidup terbaik yang disiapkan-Nya bagi Anda. Hanya perlu sedikit kesabaran. Biarlah rasa sedih, sakit, pahit, marah dan kecewa Anda alami sesaat. Menangislah sepuasnya sekarang daripada Anda menderita  selamanya.
Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah membaca.


Dari Buku “Banyak Cocok Sedikit Cekcok” (Julianto Simanjuntak - Pelikan Jakarta)

Kamis, 05 April 2012

Makna Kebijaksanaan



Makna kebijaksanaan adalah mampu menerima pasang-surut kehidupan, 
seperti kangguru Australia selalu meloncat-loncat terus. 
Jadi meloncat-loncatlah dengan bahagia dalam melewati 
kesulitan-kesulitan hidup. (Ajahn Brahm)
Tidak semua orang memaknai kehidupan dengan bijaksana, justru yang acapkali terjadi adalah  mereka memaknai hidup dengan cara yang tidak bijaksana dan tidak sehat. Kita sering menjumpai ketika seseorang berhadapan dengan kesulitan hidup, mereka lebih memilih untuk bunuh diri sebagai cara potong kompas atau marah-marah pada Tuhan yang “tidak becus mengurusi dunia ini” atau  “Tuhan adalah Penguasa yang pilih kasih”. Sangat tragis jika seseorang harus berkubang dalam tangisan diri dengan memeluk bantal kemarahan. Akan semakin banyak energy yang dihabiskan untuk marah, berkeluh kesah, menyendiri dalam kerendahan diri.
Kita tahu bahwa semua yang hidup, semua yang buta atau melihat, kaya atau miskin, laki atau perempuan semua mengalami persoalan hidup, namun yang membedakan adalah cara menghadapi persoalan tersebut. Makna kebijaksanaan membedakan seseorang dari yang lainnya. Orang bijaksana akan menari dan merayakan kesulitan sebagai waktu pertumbuhan. Tarian kebahagiaan tidak saja pada masa senang tapi di masa-masa sulit;  tarian dan sukacita perayaan layak untuk dilakukan sebagai tanda adanya kekuatan Tuhan yang tidak pernah pudar dalam diri ini. Bukankan sukacita karena Tuhan  itulah kekuatan kita? (Nehemia 8:11)
Betapa pentingnya memaknai segala sesuatu, segala peristiwa dengan kebijaksanaan tapi lebih penting lagi dan urgent adalah kebijaksanaan harus terlebih dahulu menjadi bagian dari hidup kita. Kebijaksanaan datang dari perenungan dan tinggal di dalam firmanNya. Berdirilah diatas kebijaksanaanNya bukan kebijaksanaan manusia atau kebijaksanaan dunia. Menarilah bersama pelangiNya, melompat-lompatlah entah seperti kijang atau kangguru Australia asal lompatan-lompatan itu datang dari kebijaksanaan, dari hati yang merdeka dan tak terbebani.
Post: Andi Wijaya

Pengampunan Beresiko

 

Umumnya kita pernah konflik dan terluka. Namun sebagian kita  yang terluka tidak tahu bagaimana cara terbaik menangani luka atau memaafkan.

Ada dua sikap ekstrim yang sering kami jumpai. Menyimpan kemarahan alias dendam dan mengabaikan luka alias anggap remeh.

Bagi Anda yang mengampuni dengan cara mengabaikan luka ini tindakan yang sangat berbahaya. Sebab Jenis pengampunan seperti  ini justru  menghambat seseorang untuk bertobat.

Saya pernah menyimpan kemarahan kepada seorang teman saat masih kuliah dan tinggal di asrama. Saya diremehkan dengan kata-kata saat makan bersama. Setiap mau tidur, kalimat pelecehan itu terngiang-ngiang. Nyaris selalu mengambil sebagian waktu saya sebelum tidur. Sementara saya berpura-pura tidak ada masalah dan tetap berteman. Tapi hati saya pahit setiap bertemu dia. Setelah setahun saya memutuskan untuk menyatakan perasaan itu, dan kamipun berdamai. Indahnya pengampunan.

PENGAMPUNAN BERISIKO

Inilah contoh ungkapan pengampunan yang berisiko:

a. “Ohh  Tidak apa-apa”. Ini adalah sikap menyetujui  perbuatan yang salah atau menyangkal bahwa ada kesalahan.

b. “Ahh, ngga masalah kok, Itu bukan hal besar; tidak usah diributkan lagi”. Ini sama saja dengan  mengecilkan kesalahan yang dibuat.

c. “Saya tahu kok, kamu dalam keadaan stress akhir-akhir ini.”. Ini sama saja membenarkan apa yang dilakukan orang yang melakukan kesalahan.

Tanggapan lemah seperti diatas benar-benar mengacaukan dan membengkokkan berbagai nilai seperti : kebaikan, kemurahan hati dan keadilan. Ini juga memperkuat sikap yang menolak keterbukaan dan pertanggungjawaban.

Sementara itu di sisi  yang lain ada kelompok orang  yang suka menyimpan dendam. Mereka menolak memaafkan. Tidak sudi  berlaku baik hati  pada mereka yang pernah melukai. Mereka bertahan sakit hati dan ingin membalas dengan tujuan  mereka yang bersalah merasa (tetap) tersiksa.

Jika kita memilih sikap untuk tidak mengampuni kita bisa menjebak diri sendiri ke dalam empat respon berikut ini: menjadi suka mengkritik, cenderung meremehkan, suka  membela diri dan akibatnya sulit untuk dipulihkan.

Orang yang memendam dendam  meracuni  diri sendiri.  Sebab kemarahan dan sakit hati yang kita simpan itu akan menular. Membuat emosi tidak nyaman, pikiran kacau bahkan hinggga bisa membuat badan sakit. Anda membayar harga yang terlalu mahal untuk sebuah dendam.

VIRUS DENDAM

Sebelum Papa kami bertobat, bertahun-tahun ia tidak bicara dengan Abang kandungnya. Menyimpan kemarahan karena perbedaan pendapat. Mereka menolak saling bertemu. Kalau bicara selalu negatif, dan masing-masing membenarkan diri dan menyerang saudaranya.

Untunglah suatu hari Papa mengalami sentuhan kasih Tuhan, dia pergi ke rumah abangnya yang sedang sakit serius. Untuk   berdamai dengan abangnya. Membagikan kasih dan pengampunan yang ia terima. Sejak itu hati Papa lebih damai, dan bersikap positif terhadap saudaranya ini.

Pribadi dan Keluarga yang dipenuhi dengan racun dendam akan dilumpuhkan dan dimatikan. Dendam atau sakit hati laksana virus. Para peneliti menemukan bahwa saat pasangan  memendam dendam dan menolak rekonsiliasi, stres yang dihasilkan konflik ini mengakibatkan tingkat terkena penyakit naik 35% lebih tinggi dari situasi normal.

Sebaliknya, pikiran yang sudah bersih (tanpa dendam) menunjukkan perbaikan menuju kesehatan yang luar biasa bagus. Dalam Spontaneous Healing, Andrew Weil, MD., menggambarkan para pasien yang menunjukkan berbagai gejala penyakit autoimunitas—termasuk rematik arthritis dan lupus, nyeri-nyeri dan kelelahan yang kronis— gejala-gejala tersebut menghilang saat para pasien itu jatuh cinta. Jadi  jika kasih/cinta “disuntikkan” kepada tubuh yang penuh penyakit, hasilnya positif: kesembuhan.

Masalahnya kalau sudah ada dendam, perlu upaya mediasi untuk rekonsiliasi.  rekonsiliasi bukanlah sesuatu yang sifatnya sepihak tetapi “dihasilkan dari perilaku kedua belah pihak yang saling bisa diandalkan oleh satu sama lain.. Dalam kondisi ini konselor atau mediator sebagai pihak ketiga dibutuhkan.

Raja Salomo, menyatukan kebenaran sains dan kebenaran rohani tentang memaafkan.  Dia berkata “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang “.

LANGKAH REKONSILIASI

Langkah pertama memperbaiki kerusakan di dalam hati kita adalah dengan perlu memahami secara objektif  situasi hubungan yang ada sekarang dan bagaimana sejarahnya.

Usahakanlah menemukan pemahaman, empati, dan belas kasih baik bagi diri Anda sendiri maupun bagi orang  yang melukai Anda.

Dan akhirnya, bangunlah imanmu, sebab iman dapat menenangkan pikiran kita mengatasi segala keyakinan lainnya, mematikan semua penalaran tidak produktif yang seringkali mengerami pikiran kita.

Jika ada satu  orang  saja di dalam keluarga  memutuskan mau berdamai dengan sungguh  maka keluarga itu akan bisa membuat perubahan besar dari keadaan yang penuh kemarahan menjadi saling membangun. Namun sesudah mereka berusaha keras memperbaiki hubungan yang rusak, dan tidak berhasil, ada baiknya untuk menemukan keluarga angkat. Menemukan orang-orang di luar keluarga, yang menerima dan mencintaimu, bukan hanya bisa mendatangkan pemulihan tetapi juga bisa benar-benar mengubah kehidupanmu.

DUA ASPEK PENGAMPUNAN

Ada dua aspek pengampunan yang diharapkan terwujud dalam rekonsiliasi

1. Pengampunan emosional.  Ini berkembang saat perasaan buruk korban yang penuh kepahitan, kemarahan dan kebencian pelan-pelan berkembang menjadi berbela rasa (empati), simpati, berbelas kasih dan bahkan memperhatikan orang yang melukai.

2. Pengampunan Perilaku. Ini mengalir keluar dari perasaan-perasaan serta keputusan internal (di dalam diri seseorang). Bahkan korban yang masih terluka karena dikhianati memilih melakukan tindakan penuh kebaikan dan kemurahan hati. Dia menawarkan maaf dan kasih saat masih ada kebencian.

Bagaimana dengan pelaku yang sama sekali tidak menyesal dan terus-menerus melukai korbannya? Meski Kitab suci meminta kita untuk mengampuni, tetapi kita juga diingatkan untuk menjalankan keterbukaan, keadilan dan keberanian untuk mengonfrontasi kejahatan. Kita perlu menyadarkan dan membukakan sifat-sifat anggota keluarga kita yang licik dan jahat.

Pengampunan yang meminimalkan hutang moral dan materi  yang dilakukan oleh pelaku bisa mengundang tindak aniaya yang lebih parah. Pengampunan yang dipaksakan juga akan mendatangkan kesusahan yang lebih besar baik bagi pelaku maupun bagi korbannya.

RUMUS PENGAMPUNAN

Pada akhirnya ada delapan poin penting agar pengampunan terjadi
 1.      Pentingnya Mengakui kesalahan. Setiap anggota keluarga yang salah dibimbing dan dituntut mengakui kesalahannya.
2.      Pelaku diminta menyatakan penyesalan dan meminta maaf secara terbuka.
3.      Pengakuan, penyesalan dan permintaan maaf dari yang bersalah ini akan  memberikan jalan lebih mudah bagi mereka yang harus memaafkan.
4.     Semua anggota keluarga menerima berbagai perasaan sakit sebagai akibat dari proses pemulihan. Korban perlu menceritakan perasaannya secara terbuka rinci. Gambaran  tentang kesakitan ini memberikan peluang kepada yang menyakiti tentang bagaimana besarnya kesakitan yang telah ditorehkannya.
5.      Menggali riwayat hidup korban ataupun pelaku. Tujuannya  bukan untuk membenarkan apa yang salah akan tetapi untuk menemukan bagaimana tindakan melukai biasanya mengalir ke luar dari orang yang sebenarnya juga telah terluka.
6.       Cara pandang baru terhadap kisah keluarga, menyatakan mana cerita yang hanya dilebih-lebihkan, mana kenyataan yang sebenarnya tentang pelaku maupun korban dengan memperhatikan fakta-fakta serta riwayat mereka.
7.       Pembagian kesalahan, tanggung jawab dan belas kasih yang lebih merata dengan menyatakan kebenaran lebih jelas lagi.
8.      Berempati kepada mereka yang terluka, entahkah itu korban, pelaku, yang dijadikan kambing hitam, atau pun orang yang dijadikan pahlawan oleh keluarga.

Mengampuni  itu memang suatu pilihan. Setiap hari saat konflik dengan sesama, kita diperhadapkan pilihan mengampuni atau tidak. Boleh dikatakan ini sebuah cobaan besar. Mengampuni  merupakan kebutuhan utama manusia. Tanpa mengampuni hidup kita bisa hambar bahkan mengalami kepahitan.

Dalam Buku  Mencinta Hingga Terluka Dijelaskan agar bisa berdamai dengan sesama, kita perlu lebih dulu berdamai dengan Tuhan dan diri kita sendiri. Memaafkan adalah PINTU  perdamaian dan kebahagiaan. Tapi ingat, kita tidak bisa memasukinya tanpa  membungkuk alias merendahkan diri dan menganggap yang lain lebih utama dari diri sendiri.


Pengampunan Berisiko, By. Julianto Simanjuntak - Pelikan Jakarta
(Penulis: "Mencinta Hingga Terluka"- Gramedia)


Bacaan:
Beverly Hubble Tauke. Healing Your Family Tree, Tyndale House Publishers, Inc, 2004.
Julianto dan Roswitha. Mencinta Hingga Terluka, Gramedia, 2009.

Ketika Anak Supir Taksi “Ngotot” Minta Dibelikan BlackBerry

 Tantangan kehidupan remaja masa kini sangat berat. Salah satunya  adalah soal gaya hidup. Budaya hedonis dan konsumtif menekan emosi anak-anak yang masih usia sekolah. Mereka menjadi tergoda memiliki barang yang belum mereka butuhkan. Pada masa pubertas, pendapat dan pandangan teman-teman menjadi sangat penting, Akibatnya  mereka menjadi  minder jika tidak bisa “sama” atau mengimbangi teman, termasuk soal kepemilikan benda.

Dalam kondisi ini banyak orangtua menjadi “pusing” mendengarkan ocehan permintaan anak yang memberatkan Ortu. Sebab mereka tahu si anak belum butuh barang tersebut, tetapi hanya ingin karena teman-temannya sudah memilikinya. Belum lagi ekonomi mereka pas-pasan.

Saya ingin membagikan  kisah  dari dua orang Bapak yang bekerja sebagai supir.
Pertama, kisah Pak Jonner
Bulan  Januari lalu seorang supir taxi yang membawa saya dari Semarang ke Salatiga bercerita tentang anaknya. Sebutlah namanya Pak Jonner. Dia sudah memiliki taxi sendiri dengan cara mencicil lewat satu koperasi. Pak Jonner  punya  dua anak  kembar, keduanya perempuan dan duduk di kelas 3 SMU.  Anak yang satu ngotot minta motor, karena merasa tergantung dengan antar-jemput Bapaknya. Karena Sang Ayah bawa taksi, bisa tak tentu jemputannya. Bagi Pak Jonner dan istrinya seorang pegawai negeri masih bisa diterima.

Mereka berusaha  mencicil motor dengan harapan bisa dipakai kedua putri mereka. Untuk sekolah dan pergi les. Tentu kondisi ekonomi yang semakin berat, sementara harus mencicil taxi ke koperasi 3 jutaan perbulan. Yang membuat Pak Jonner pusing adalah ketika anak yang satu ngotot dibeliin Blacberry. Padahal dia sudah punya HP Nokia yang belum lama dibeli Papanya.  Nah, untuk ini Pak Jonner belum bisa memenuhi keinginan anaknya. Saat negosiasi akan dibeliin tipe gemini, anaknya ogah dan minta yang tipe Bold. Jonner berkata pada anaknya, “Nduk nduk…Bapakmu supir taxi ngene kok kowe neko-neko…” Jonner cukup stres menghadapi rengekan anaknya setiap hari. “Kok anakku ini tidak tahu bapaknya supir taxi, mintanya macam-macam…duhhh pusing…!”, keluh Pak Jonner.

Kedua, kisah Pak Costa
Tahun lalu, saya mendengar curhat  Pak Costa (Samaran). Costa juga seorang supir (pribadi). Dia menjemput saya atas perintah majikannya membawa saya  ke sebuah acara seminar Anaknya masih duduk di kelas II SMP, mendesak Pak Costa beliin HP baru. Ini curhatnya “Pak, anak jaman sekarang susah dibilangin. Maunya ikut teman. Temannya punya HP dia minta dibeliin HP. Temannya ganti HP yang bisa buat foto, dia minta ganti HP. Anak saya masih di II SMP minggu lalu bilang HPnya rusak. Sekarang minta HP yang harganya 600 ribu supaya bisa foto, internet dll. Wah, saya saja nggak tahu itu internet. Dia sudah seminggu nangis-nangis minta HP baru. Saya terpaksa mau pinjam sama majikan. Semoga saja dikasi. Ah, bingung Pak ngadapin anak jaman sekarang…”

Itulah dua contoh pergumulan orangtua yang punya anak remaja yang masih sekolah. Sebagai seorang supir mereka berjuang untuk menghidupi keluarga, sekolah, makan dan lain-lain. Namun sekarang dengan gaya hidup anak sekolah, anak mereka tak luput mendapat godaan dan tantangan untuk menjadi “seseorang” supaya diakui.  Ada perasaan malu jika mereka tidak bisa seperti temannya.

Pengalaman pribadi
Anak sulung kami, Jo, beberapa tahun lalu mendapat bea siswa di sebuah sekolah internasional di jakarta. Lewat proses ujian yang sangat berat. Pasca liburan lebaran waktu dia masih  di kelas I SMU, sulung kami curhat. Dia sedih mendengar teman-temannya bercerita pada liburan ke luar negeri. Ada yang ke Amerika, Eropah, ada yang ke Ausie,  ke Singapura atau Hongkong. Sementara dia kami bawa liburan saat itu ke Solo. Dia sempat merasa minder. Lalu, kami mencoba mendengarkan saja curhatnya Jo. Kami jelas ikut prihatin. Setelah dia curhat, kami membagikan perasaan dan pendapat kami.  Kondisi kami orangtuanya memang tidak sama dengan keluarga teman-temannya. Puji syukur Jo bisa  mengerti dan menerima.

Bukan hanya itu. Selama dia sekolah disana, ada dua  hal yang membanggakan kami. Pertama, Jo membawa makanan alias bontot dari rumah setiap hari (menurut Jo hanya dua dari 24 anak yang bawa makanan, lainnya jajan). Sebab uang jajannya yang Rp. 10.000/hari tidak cukup beli jajan di sekolahnya. Kedua, sementara HP temannya bagus-bagus, HP si Jo tipe Nokia paling murah seharga 290 ribu. Hanya bisa untuk SMS dan Telpon. Tetapi  bagi Jo itu cukup dan dia menggunakan HP itu sampai tamat SMU.

Penutup
Menghadapi seperti ini, setiap orangtua perlu menyiapkan anak-anak sejak dini. Diantaranya menanamkan nilai hidup dan membangun harga diri mereka. Juga  Membangun kecerdasan emosi, supaya anak punya empati dan kesadaran diri terhadap kondisi orangtua. Hal lainnya adalah mengajarkan  pola hidup hemat, dan menjadi contoh bagi mereka. Akhirnya menjadi sahabat bagi mereka.

Penulis ::
Julianto Simanjuntak adalah dosen bidang konseling keluarga@Jaffray. Terapis masalah kesehatan mental di Pelikan. Telah menulis 15 buku konseling Silahkan follow @JuliantoWita. 
Web: http://www.juliantosimanjuntak.com

Rabu, 04 April 2012

Mencegah Kekerasan Dan Dominasi Pasangan Dalam Berpacaran


Suatu hari saya bertemu dengan seorang gadis Y, dan dia menceritakan bagaimana dia mengalami trauma dalam membangun hubungan dengan laki-laki. Dia telah mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pacarnya selama 7 tahun (usia pacaran yang cukup lama). Bagaimana pacarnya melakukan tindakan pemukulan, intimidasi, mengontrol pertemanannya dan masih banyak tindakan yang menurut saya tidak masuk akal namun hal itu dialami oleh gadis ini. Kekerasan dalam hubungan bisa dimulai dengan tindakan yang polos. Kemudian lewat perilaku yang hampir tidak kentara, seorang gadis merasa begitu tersanjung dan romantis  - hal ini bisa berubah menjadi mimpi buruk.



Apakah kekerasan dalam pacaran remaja itu?
Kekerasan dalam pacaran atau abuse dating relationship kerap terjadi pada beberapa  hubungan remaja/pemuda hari ini. Pusat pencegahan dan kesadaran serangan seksual pada universitas Michigan di Ann Arbor mendefinisikan kekerasan dalam pacaran sebagai “penggunaan dengan sengaja taktik kekerasan dan tekanan fisik untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dan kontrol terhadap pasangan intimnya.”  Sebuah tindakan yang sengaja dilakukan untuk berbuat jahat kepada pacarnya. Kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari dan benar-benar secara sadar. Kekuasaan dan kontrol, seperti pemukulan, intimidasi, tekanan menggunakan taktik kontrol dan paksaan untuk membuat korbannya tetap bersamanya.  Kita percaya bahwa seseorang belum dikatakan mengalami kekerasan, jika tidak ada memar, mata biru atau bahkan rahang atau tulang rusuk patah. Namun, sebelum kekerasan fisik terjadi dalam sebuah hubungan, kebanyakan selalu ada sejarah panjang kekerasan verbal dan emosional.

Apakah Putri Saya Dalam Bahaya? (Evaluasi bagi para orangtua yang memiliki anak putri yang sedang berpacaran dan mengalami kekerasan dalam berpacaran). Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa menolong anda sebagai orangtua untuk memantau pacaran dari anak anda:
  • Sebelum putri saya bertemu pacarnya, ia punya lebih banyak teman dibandingkan sekarang.
  •  Nilainya menurun dalam beberapa minggu atau bulan terakhir.
  • Sebelum putri saya mulai berkencan dengan laki-laki itu, ia lebih ramah dan terlibat dalam keluarganya, aktivitas sekolah, atau tempat beribadat.
  • Putri saya sering menangis atau sangat sedih.
  • Jika laki-laki itu mengirim pesan singkat, ia harus segera menghubunginya.
  •  Laki-laki itu menyatakan cintanya di awal hubungan mereka.
  • Laki-laki itu cemburu ketika putri saya memandang sepintas lalu atau berbicara dengan laki-laki lain.
  • Laki-laki itu menuduhnya melakukan tindakan yang sebenarnya tidak dilakukannya.
  • Laki-laki itu agresif dalam area lain, ia meninju dinding atau lemari, meninju untuk menegaskan atau melempar benda-benda saat marah.
  • Laki-laki itu sering bertindak kasar atau bermain gulat-gulatan dengannya.
  • Putri saya berdalih atas perlakuan buruk pacarnya atau mengatakan itu salahnya.
  • Mereka berbicara lewat telfon beberapa kali sehari atau dalam jangka waktu yang lama.
  • Laki-laki itu punya kehidupan rumah tangga yang “tragis”: ia disiksa secara fisik atau direndahkan secara verbal, dan atau salah satu atau kedua orangtuanya pecandu alkohol atau pengguna obat-obatan.
  •  Laki-laki itu peminum atau pengguna obat-obatan.
  •  Laki-laki itu sering memberi “nasihat” tentang bagaimana memilih teman, gaya rambut, baju atau riasan wajah.
  •  Laki-laki itu memanggil dengan sebutan buruk, kemudian tertawa dan mengatakan bahwa ia hanya bercanda atau mengatakan bahwa putri anda terlalu sensitif.
  • Putri anda menjadi penuh rahasia sejak berkencan dengan laki-laki itu.
  • Putri anda begitu menderita kapan pun ia berpisah dengan laki-laki itu.
  • Putri anda menjadi begitu kritis pada penampilan, bakat dan kemampuannya.
  • Putri anda sering harus menjelaskan panjang lebar kepada pacarnya atau sering meminta maaf.
  • Ada memar yang tidak dapat ia jelaskan atau ia tampak tegang, saat menjelaskannya kepada anda. 
Sebuah hubungan mungkin mencapai tingkat kekerasan ini dan tidak berlanjut, tapi diakui bahwa kekerasan verbal dan emosional merupakan jalan menuju kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual. Si penyiksa tidak perlu selalu mengacungkan tinju untuk mendapatkan kekuasan dan kontrol atas putri anda, seringkali dengan tatapan yang mengancam saja sudah cukup.
Kekerasan verbal dan emosional dapat menjadi tipe kekuasaan dan kontrol yang paling merusak. Dalam situasi ini, anak laki-laki secara sistematis merendahkan rasa harga diri putri anda dengan memanggilnya dengan sebutan buruk, menyalahkannya atas kesalahan laki-laki itu, membuat tuduhan, mempermalukannya di depan umum, menghancurkan benda-benda yang spesial baginya, mengatakan ia gila, menggunakan tatapan yang mengancam dan mengintimidasi.

Mengapa Kekerasan Dalam Pacaran Remaja Begitu Umum?
Kita perlu menydari bahwa remaja sangat bergantung pada penerimaan teman sebayanya. Seringkali untuk kebutuhan penerimaan ini, seorang gadis tidak menyadari bahwa dia telah mengalami tindakan kekerasan dari pacarnya. Dan seringkali pacar penyiksa yang cemburu dan posesif dianggap sebagai tanda cinta dan kesetiaan.  Disini remaja perlu untuk memiliki kontak dengan orang dewasa yang matang.
Pola yang terjadi adalah dimana setelah pacar putri anda memperlakukan putri anda dengan kejam, laki-laki itu pasti meminta maaf, menyatakan cintanya dan tidak akan mengulanginya lagi. Anda dapat mengajukan bertanyaan berikut kepada putri anda untuk menetralkan argumentasinya:
  •  Apakah kamu pikir rasa takut harus menjadi bagian dari hubungan cinta?
  •  Apakah kamu pikir normal bahwa anak perempuan dalam hubungan yang baik harus menghabiskan begitu banyak waktu dengan menangis?
  • Mengapa kamu harus memberitahukannya setiap kali kamu pergi?
  • Mengapa ia boleh memanggilmu dengan sebutan buruk dan membuatmu merasa buruk terhadap dirimu sendiri?
  •  Apakah semua ini perilaku romantis?

Jika anda mencurigai memar, luka atau benjolan pada putri anda, anda perlu segera mengonfrontasinya. Kekerasan fisik diawali dengan dorongan ringan atau kekangan  sehingga ia akan menuruti apa yang diminta oleh anak laki-laki itu. Pria dewasa penyiksa telah berlatih selama bertahun-tahun sehingga mereka mahir dalam memukul pasangannya di tempat-tempat yang buktinya  tidak dapat dilihat orang lain: dada, perut, paha bagian atas.  Dalam banyak kasus, remaja penyiksa belum belajar seni itu, dan anda dapat melihat tanda-tanda kekerasan fisik di lengan, kaki, leher, dan wajah. Jika ia tetap menyangkal, anda bisa bertanya kepadanya, “Mengapa kamu bertahan?” Ketika ia muncul dengan dalih bahwa kadang pacarnya baik. Namun Cinta dan ketakutan tidak mungkin hadir berdampingan. Tidak mungkin cinta dan kesedihan yang mendalam berdampingan.

Membangun Pacaran Yang Sehat. 
Untuk hubungan pacaran yang sehat harus memperhatikan dua hal ini:
Pertama, setiap pasangan dalam hubungan itu harus punya citra diri positif. Sekali anda merasa kuat dan yakin pada diri sendiri, anda akan lebih mampu mengetahui apa yang dicari pada pasangan.

Kedua, anda harus waspada, selalu, bahwa cinta berkembang dalam berbagai tahap dan tidak dapat dipaksa. Sekali anda menemukan pasangan yang sesuai, jangan berusaha “mempercepat segala hal” dengan melewati tahap awal perkembangan. Saat-saat awal ini memberikan dasar hubungan yang kuat di kemudian hari.

Saya rasa penting sekali bagi setiap anak perempuan untuk memahami dengan jelas apa yang ia sukai dalam sebuah hubungan, perilaku yang ia harapkan dari dirinya dan pacarnya. Seringkali, anak perempuan tidak memikirkan  apa yang mereka sukai ketika berpacaran. Mereka biasanya berusaha menyenangkan pacar mereka sehingga mereka akan tetap bersamanya. 

Sumber:
Abusive Dating Relationship, but I Love Hi.
 Dr. Jill Murray